Oleh : Pdt. Hiskia Rollo, STh.
Panggilan hakiki Gereja adalah: “memberitakan Injil” yang adalah berita sukacita atau kabar baik (gembira) mengenai Kerajaan Allah yang tidak dapat dilepaskan dari diri Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi poros utama yang mewarnai seluruh aktifitas dari missi Gereja. Oleh sebab itu, ketika kita mengabaikan panggilan ini maka bukan saja missi gereja yang tidak berjalan, tetapi yang lebih parah lagi gereja kehilangan hakekatnya sebagai gereja Tuhan. Sebab itu sendiri pada hakekatnya adalah missi, dan selalu ada dalam keadaan missioner.
Gereja di suruh ke dalam dunia untuk memberitakan Yesus Kristus. Injil yang adalah berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang tersedia bagi manusia (Markus 1:15), serta kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk dunia (Lukas 4:18-19). Kita terpanggil untuk turut serta sepenuhnya bertanggung-jawab dalam usaha pembebasan manusia dari penderitaannya yang disebabkan oleh keterbelakangan, kemiskinan, penyakit, ketakutan, kebodohan,dll. Kita terpanggil pula untuk mengusahakan keadilan dalam seluruh lapangan hidup.
Para missionaris yang bekerja dengan semboyan “extra ecclesia nula salus” ini justru berusaha untuk meletakan nilai-nilai injili yang sangat asasi, sebagaimana yang diungkapkan di atas (Mrk 1:15; Luk 4:18-19). Namun proses awal meletakan dasar dari sebuah pemahaman terhadap pengajaran tentang Injil, adalah sesuatu yang tidak mudah. Oleh sebab itu, diperlukan sejumlah pola dan metode Pekabaran Injil yang sesuai dengan konteks dimana Injil yang membebaskan ini disebarkan, seperti juga metode dan pola yang digunakan oleh Ottow dan Geissler ketika membuka Pos Pekabaran Injil di Papua.
C.W. Ottow dan J.G Geissler, sebelum datang ke Tanah Papua (daerah missi) mereka berdua telah dipersiapkan oleh Gossner dan Heldring. Dari kisah hidup mereka berdua, memperlihatkan kepada kita dengan sangat jelas satu sistim kerja yang telah mereka pelajari sebelumnya di Berlin di bawah asuhan Gossner. Untuk melihat dan mengetahui sistim, metode atau pola kerja dari Ottow dan Geissler, maka di bawah ini diperlihatkan sebuah catatan singkat, yang dinamakan “Iktisar metode zending” yang ditulis oleh Gossner dan yang dijadikan sebagai pedoman kerja para zendeling.
Iktisar metode zending yang ditulis oleh Gossner, di dahului dengan kalimat seperti ini:”Sukacita dalam Tuhan harus merupakan kekuatannya, dan hati yang terpancar dari matanya, sehingga orang-orang kafir melihatnya dan bertanya: bagaimana orang bisa menjadi demikian?” Barang siapa setia dalam perkara kecil…………………….. tidaklah sukar baginya untuk di atas segala hal memaklumkan Yesus melalui jalan hidupnya”. Ini merupakan sebagian dari mukadimah (Pasal I) suatu dokumen yang mengandung beberapa garis pokok yang telah diminta oleh para pekerja zending dan yang disusun oleh Gossner pada tahun 1848. Dokumen ini terdiri dari 21 pasal, dan dapat dianggap sebagai buku penuntun dalam pekerjaan zending dan buku itu dapat dinamakan iktisar metode zending, karena di dalamnya termuat petunjuk-petunjuk bagi kehidupan para pekerja itu sendiri. Di dalamnya juga dikutip beberapa peringatan yang penting bagi orang-orangnya Gossner, juga bagi kelima orang yang akan di kirim ke Irian Barat (Papua). Walapun peringatan ini di tujukan pada lapangan pekerjaan tertentu, tetapi peringatan ini berlaku pula bagi semua utusan.
II
Sehubungan dengan kekuatiran mengenai kesehatan dan pengaruh “Cinta kasih kepada Yesus dan kepada jiwa-jiwa yang telah ditebus oleh Kristus dengan darahNya itu tidak takut akan maut dan bahaya maut serta berbagai penyakit iklim panas itu, karena tidak ada abdi Yesus yang mati sebelum ia dipanggil oleh Juruselamat.
III
Harus diusahakan agar tetap berhati-hati; lalai akan cara hidup yang ditentukan oleh iklim harus dijauhi seakan-akan itu bunuh diri.
IV
Bahasa setempat harus dikuasai secepat-cepatnya, karena juru bahasa umumnya mengatakan lain sedikit daripada yang dimaksudkan. Untuk mempelajari bahasa ini harus dicurahkan segala tenaga.
V
Kitab suci adalah buku pelajaran, dan ceritera-ceritera Alkitab merupakan sarana pembantu untuk memperkenalkan Injil sesuai dengan kitab suci.
VI
Orang harus bersungguh-sungguh dalam doa setiap hari, bahkan doa setiap jam, apabila mau memberitakan sabda Allah.
VII
Apabila terlihat bahwa beberapa orang mulai menaruh perhatian, maka mereka harus dikunjungi di rumah mereka, supaya dengan hubungan pribadi, pengetahuan mereka itu tentang Injil dapat diperdalam. Berapa lama pelajaran untuk pembaptisan ini, haruslah dilakukan dan tidak dapat ditentukan, karena tergantung pada watak dari yang bersangkutan, dan pengertian mereka akan inti pokok Injil. Dengan mereka harus dipelihara hubungan yang terus-menerus.
VIII
Di sini dikatakan bahwa, tidak seorangpun boleh dibaptis kalau tidak diketahui dengan pasti bahwa yang bersangkutan telah minta dibaptis dengan penuh pengertian akan keadaan dirinya dan akan arti Kristus. Selanjutnya bahwa harus selalu dilakukan pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang telah dibaptis, agar mereka mendapat pengertian yang semakin mendalam mengenai arti peralihan mereka kepada agama Kristen.
IX
Orang-orang kafir yang di baptis pada umur dewasa janganlah segere setelah pembaptisannya di ijinkan langsung menghadiri perjamuan kudus , tetapi haruslah dipersiapkan secara kusus terlebih dahulu. Mereka itu harus merasa dituntung oleh Roh Kudus.
X
Pelajaran bagi yang dibaptis janganlah dihentikan apabila mereka sudah boleh menghadiri perjamuan Kudus, tetapi anggota-anggota jemaat hendakklah dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian diberi pelajaran. Yang perlu ditekannkan ialah pengertian melalui hati. Dari pada pengertian dengan akal.
XI
Di sini diberikan tekanan penuh pada hal mengikut Yesus.
XII
Begitu ditemukan orang-orang yang berbakat luar biasa, maka mereka ini harus diambil sebagai tenaga bpembantu.
XIII
Apabila seseorang jayuh kedalam dosa, hal ini tidak perlu dirisaukan dan sekali-kali jangan terputus asah. Jangan sekali-kali mereka didekati dengan cara hukumnia, dengan disiplin gerejani yang keras tetapi sebagai gembala yang baik yang mencari asuhannya yang hilang. Namun demikian disiplin gereja harus tetap ada bagi mereka yang secara terang-terangan jatuh kembali kedalam dosa-dosa mereka dan tetap membandel. Tetapi hukuman ini harus memmbuat mereka bertobat serta membawa kepada penyesalan serta pengampunan.
XIV
Anak-anak dibawah umur empat tahun harus dibaptis bersama dengan orang tuannya. Anak-anak ini harus didik melalui sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.
XV
Sangat penting bahwa para penginjil merayahkan hari minggu, dan bahwa orang-orang kafir dibuat sadar tentang adanya hari yang dikususkan oleh Tuhan, dan adanya tempat yang suci, yaitu gereja. Selanjutnya harus diajarkan kepada orang-orang kafir, bahwa berdoa dan mennyanyi merupakan hal-hal yang penting, dan para penginjil harus memperlihatkan ini dengan memberikan contohnya.
Pasal-pasal lain membicarankan hubungan di antara sesama pekerja zending. Di anjurkan untuk mengadakan konferensi-konferensi dan dituntut adanya persatuan. Anggarang dasar itu ditutup dengan : Pikullah Kuk yang kupasang dan belajarlah padaku karena aku lemah lembut dan rendah hati dan kamu akan mendapat kelegaan jiwamu. Sebap kuk yang Kupasang itu enak dan bebanku pun ringan (Mat. 11:29-20).
Materi ini disampaikan pada Lokakarya PI akhir 2008 di PUSPENKA Sentani.
Selanjutnya..