SELAMAT DATANG DI BLOG KPI KLASIS GKI MIMIKA

Jumat, 25 Juni 2010

Ibadah Pembukaan Raker Klasis IV 2010

Rapat Kerja (RAKER)ke-IV Klasis GKI Mimika dilaksanakan pada tanggal 24-25 Juni 2010. Rapat Kerja yang dilaksanakan di jemaat GKI Syalom Amungsa Timika Indah dimulai dengan ibadah pembukaan pada tanggal 23 Juni 2010 pukul 16.00-19.00 wit. Setelah ibadah pembukaan dilanjutan dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh Ketua BPK Klasis GKI Mimika pdt. M. Adadikam, STh yang lebih menyoroti kondisi Klasis GKI Mimika dari sisi tantangan-tangan yang dihadapi dalam hal tanggung jawab pelayanan maupun peluang-peluang yang dapat dikelola sebagai potensi untuk pengembangan Klasis dan Jemaat-jemaat ke depan. Rapat Kerja Ke IV ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Sinode GKI Papua Pdt. H. Rollo, STh yang didahului dengan sambutan yang lebih menekankan pada tanggung jawab pelayan jemaat di dalam jemaat.

Selanjutnya..

Sabtu, 12 Juni 2010

RENSTRA PI KLASIS GKI MIMIKA 2010-2011



Sehubungan dengan perubahan pada struktur, organisasi dan Uraian Tugas serta Personalisasi PI GKI di Tanah Papua sesuai hasil Konsolidasi Organisasi PI Sinode GKI di Tanah Papua, maka Program yang diusulkan pada RAKER Klasis GKI Mimika tahun 2010 pun mengacu pada perubahan di atas sebagaimana yang telah diatur dan ditetapkan, yakni Program Seksi Suku Terasing/suku yang belum diinjili, seksi perkotaan dan transmigrasi dan seksi keesaan. Adapun Acuan Program yang telah dibahas dan ditetapkan pada Lokakarya PI adalah sbb :

1. Pokok Program Seksi Suku Terasing (Suku yang belum diinjili).
1.1. Kemitraan Mimika-Waropen Atas :
1.1.1. Seminar PI
Tujuan : Menumbuhkan semangat ber-PI ke wilayah-wilayah
Pekabaran Injil.
Sasaran : Pendeta/Guru Jemaat/Penginjil, Penatua dan Syamas.
Waktu Pelaksanaan : Menjelang 5 Februari (HUT PI)
1.1.2. Visitasi ke Pos-Pos PI (Klasis Waropen Atas)
Tujuan : Melihat secara langsung kehidupan para penginjil
dalam pelayanannya bersama suku-suku terasing.
Sasaran : Para Penginjil di Klasis GKI Waropen Atas
Waktu Pelaksanaan : Oktober 2010
1.1.3. Aksi Dana dan Pembayaran Jahip Penginjil sesuai MoU dan
Keputusan Lokakarya Tahun 2010.
Tujuan : Menolong kesulitan anak-anak penginjil dalam
mengenyam pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
Sasaran : Enam orang penginjil di Klasis GKI Waropen Atas.
Waktu : Tidak ditentukan.
Penanggung Jawab : 12 Jemaat (Lihat hasil Lokakarya PI)
1.1.4. Kotak Persembahan PI
Tujuan : Penggalangan dana.
Sasaran : Seluruh jemaat.
Waktu Pelaksanaan : Mei-Agustus 2010-2011.
1.1.5. Mengangkat seorang pendeta sebagai penanggung jawab
khusus di daerah Konflik ( Khususnya wilayah K. Lama).

2. Pokok Program Seksi Perkotaan dan Transmigrasi
2.1. Mengangkat 1 pendeta pesisir
Tujuan : Agar ada penangung jawab yang memperhatikan pelayanan
secara maksimal di jemaat-jemaat yang berada di pesisir
pantai Mimika
Sasaran : Jemaat Imanuel Kaokonao, Gideon Kiliarma dan Effata
Uta.
Waktu : Bulan Juli 2010
2.3. Membuat Data Statistik kunjungan ibadah-ibadah
Jemaat.
2.3. Membuat data statistik orang kafir yang dibaptis.
2.4. Menggalang Diakonia untuk staf Klasis GKI mimika.
2.5. Membuka satu (1) kelas sekolah anak jalanan.
2.3. Menjalin Kerja Sama (mitra) dengan GKJW dalam
hubungannya dengan PI di daerah Transmigrasi.

3. Pokok Program Seksi Keesaan.
3.1. Pembentukan Badan Komunitas Kristen (BKK) Kab. Mimika
3.2. Ibadah triwulan bersama antar denominasi gereja (dibawah
koordinasi BKK).
3.3. Kunjungan Ibadah ke LAPAS, RUTAN DAN Rumah Sakit.
3.4. Seminar antar denominasi tentang Pokok-Pokok Pemahaman
Bersama Iman Kristen.




Demikian RENSTRA PI KLASIS GKI MIMIKA tahun 2010-2011

Selanjutnya..

Hasil Lokakarya PI Klasis GKI Mimika





A. Pengatar

Lokakarya Pekabaran Injil yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Juni 2010 merupakan lokakarya pertama (I) yang membahas isu-isu penting menyakut tugas-tugas pekabaran injil ke dalam maupun ke luar klasis GKI Mimika.
Lokakarya yang mengangkat tema “membangun komitmen demi menjawab tantangan” dan sub tema “ melalui lokakarya kita padukan semangat kemitraan untuk menjawab tantangan Pekabaran Injil ke dalam maupun ke luar Klasis GKI Mimika” telah menghasilkan tiga agenda utama, yakni :
1. Kemitraan Klasis GKI Mimika dengan Klasis GKI Waropen Atas
2. Kemitraan Lokal antar jemaat-jemaat dalam wilayah pelayanan Klasis GKI
Mimika.
3. Acuan Program PI Klasis GKI Mimika.

Khusus untuk point 1 dan 2 diatas telah dibahas dan ditetapkan sebagai kebijakan pelayanan di bidang pekabaran Injil baik ke dalam maupun ke luar klasis GKI Mimika, sedangkan untuk poin 3 merupakan acuan program yang dibahas dan ditetapkan dalam Raker IV Klasis GKI Mimika tahun 2010.

B. Hasil-hasil Keputusan Lokakarya PI tahun 2010

I. PROGRAM KEMITRAAN KLASIS GKI MIMIKA DENGAN KLASIS GKI
WAROPEN ATAS.

Memahami akan pergumulan Pekabaran Injil yang sangat berat dirasakan oleh Klasis GKI Waroen Atas dalam hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan para penginjil yang bekerja di antara suku-suku terasing di Klasis tersebut, maka Klasis GKI Mimika sebagai Klasis Mitra telah berupaya untuk membantu meringankan sebagian dari tugas-tugas yang dikerjakan oleh Klasis GKI Waropen (pada waktu itu) melalaui sebuah Perjanjian Kerja Sama (MoU) yang dibuat pada tahun 2005.
Sehubungan dengan Perjanjian Kerja Sama yang telah dibangun pada tahun 2005 dan hasil konsolidasi bidang PI Sinode GKI di Tanah Papua serta Keputusan-keputusan Strategis yang dihasilkan melalui Konferensi PI tahun 2009 di Timika, maka melalui Lokakarya Pekabaran Injil yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Juni 2010 menyepakati dan memutuskan 2 (dua) Pokok Program Unggulan (PPU) sebagai Pilot Project Klasis GKI Mimika Tahun 2010-2011.





A. Program


1. Membayar Gaji (Jahip) Penginjil

a. Membayar Jahip (gaji) enam orang Penginjil sebesar Rp.1.250.000,- per
orang yang dimulai dari bulan Juli 2010 sampai dengan batas waktu yang belum
ditentukan.

b. Jemaat-jemaat yang membayar JAHIP ke-enam Penginjil tersebut adalah :

1. Ebenhaeser Timika – Rp. 2.000.000,- / bulan (Sesuai ketetapan hasil SJ)
2. Betlehem Kuala Kencana – Rp. 500.000,- / bulan.
3. Pniel Timika - Rp. 500.000,- / bulan
4. Syaloom Amungsa - Rp. 500.000,- / bulan
5. Diaspora Timika Jaya- Rp. 500.000,- / bulan
6. Kasih Timika Indah II- Rp. 500.000,- / bulan
7. Marthen Luther Sempan- Rp. 500.000,- / bulan
8. Lachairoi SP 1- Rp. 500.000,- / bulan
9. Viadolorosa Sempan- Rp. 500.000,- / bulan
10. Getsemani mile 38/39- Rp. 500.000,- / bulan
11. Kalvari Tembagapura-Rp. Rp. 500.000,- / bulan
12. Ottow Geisler mile 32- Rp. 500.000,- / bulan

2. Visitasi (Perkunjungan).
“Tim Lima” akan melakukan Visitasi (Kunjungan) ke Waropen Atas pada
bulan Oktober 2010. Sehubungan dengan visitasi tersebut, maka akan
dilaksanakan penggalangan dana pada Bulan September 2010 dan Bulan
Agustus 2011 (visitasi balasan).


Penjelasan Tehknis Program :

1. Bulan Juli 2010 penjemaatan hasil lokakarya.
2. Sistem penyetoran JAHIP Penginjil diatur sbb :
- Bendahara jemaat pembayar JAHIP Penginjil menyetor Dananya langsung
ke Bendahara Klasis GKI Mimika setiap tanggal 10 – 15 bulan berjalan.
- Bendahara Klasis GKI Mimika membayar JAHIP pemginjil melalaui Rekening
para penginjil per triwulan.
3. Penggalangan Dana (Jahip) bagi penginjil dikoordinir oleh Koordinator dan
Sekretaris UPI tingkat jemaat.

B. Rencana Kerja

NO NAMA PROGRAM TUJUAN WAKTU SASARAN BIAYA PENG-JWB
1. Membayar gaji (Jahip) Penginjil.
Tujuan :Peningkatan kesejahteraan penginjil.
Waktu: Juli 2010-Batas waktu yang belum ditentukan.
Sasaran: Pos-Pos PI Klasis Waropen Atas.

2. Visitasi.
Tujuan : Bertemu dan melihat langsung kondisi para penginjil.
Waktu : Oktober 2010.
Sasaran: Klasis GKI Waropen Atas.


II. PROGRAM KEMITRAAN ANTAR JEMAAT DALAM KLASIS GKI MIMIKA.

Program – Program Kemitraan antar jemaat lebih diarahkan pada :
1. Peningkatan Kesejahteraan para pendeta dan guru jemaat.
2. Terciptanya hubungan kerja sama dalam bidang pelayanan.
3. Pemanfaatan potensi masing-masing jemaat mitra.

Dari Tiga Tujuan di atas, maka program-program yang ditetapkan melalui lokakarya pekabaran Injil adalah sebagai berikut :

1. Kemitraan antar jemaat.
2. Aksi dana Peduli Pekabaran Injil
3. Diakonia bagi staf Klasis GKI Mimika.
4. Bulan Pekabaran Injil

URAIAN PROGRAM :

1. Kemitraan Antar jemaat sbb :
a. Jemaat-jemaat yang ditetapkan sebagai mitra kerja PI adalah :

NO JEMAAT MITRA PEKABARAN INJIL
1 Kalvari Tembagapura dengan Eirene Bhintuka dan Rehobot Mulia Kencana
2 Betlehem Kuala Kencana dengan Imanuel Kaokonao
3 Ebenhaezer Timika dengan Elroi Wonosari Jaya
4 Pniel Timika dengan Providensia K. Lama
5 Lachairoi Kamoro Jaya dengan Solavide Mapurujaya
6 Syaloom Amungsa dengan Eklesia Limau Asri
7 Diaspora Timika Jaya dengan Gideon Kiliarma
8 Martin Luther Sempan dengan Kasih Poumako
9 Getzemani 38/39 dengan Efata Uta dan Bethel Kapiraya
10 Kasih Amamapare Timika Indah II dengan Maranatha Karang Senang dan Brigif
11 Ottow Geisler 32 dengan Solagratia Nawaripi


b. Bentuk-bentuk Kemitraan
Bentuk-bentuk kemitraan yang dapat dilakukan antar jemaat mitra adalah
sebagai berikut :
- Visitasi (Perkunjungan)
- Diakonia.
- Kegiatan Pembinaan Rohani (PJ).

2. Aksi dana peduli Pekabaran Injil

Aksi dana ini disebut aksi peduli pekabaran injil. Keseluruhan Dana peduli PI ini 100% disetor ke klasis melalui rekening khusus. Dana ini kemudian dibagikan kepada seluruh pendeta dan guru jemaat dengan lebih memperhatikan kebutuhan dari para pendeta dan guru jemaat yang melayani dijemaat-jemaat yang pendapatan finansialnya kurang (lihat 12 jemaat pada pembagian kemitraan). Tujuan dari aksi dana ini adalah untuk menunjang biaya kesehatan pelayan, beasiswa anak pelayan dan operasional pelayan.
Kegiatan aksi dana pada bulan Januari, April, Juli, September dan Desember setiap tahun. Pada tahun 2010 akan dimulai pada bulan Juli.

3. Diakonia bagi staf Klasis GKI Mimika
Staf Klasis GKI Mimika merupakan satu bagian dari keseluruhan tenaga pelayanan yang bekerja, mengabdi dan melayani tugas-tugas pekabaran Injil di klasis GKI Mimika yang perlu diperhatikan kesejahteraannya. Untuk itu, maka pelayanan diakonia kepada para staf kantor Klasis GKI harus mendapat perhatian serius kita semua.
Kegiatan diakonia bagi para staf kantor klasis dilaksanakan tiga kali dalam setahun yakni pada bulan Februari, Agustus dan November.
Bentuk Diakonia adalah :
- Aksi pengumpulan bahan natura (beras)
- Aksi Rp.1000,- (khusus pada bulan November)

4. Bulan Pekabaran Injil (PI)
Tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai bulan Pekabaran Injil Klasis GKI Mimika.
Bulan PI dimaksud dimulai pada minggu pertama bulan September dan berakhir pada tanggal 1 Oktober setiap tahun (hari PI dan Perjamuan Kudus sedunia).

REKOMENDASI-REKOMENDASI :
Satu rekomendasi yang dihasilkan dalam lokakarya bidang kemitraan lokal antar klasis GKI Mimika adalah :

1. BPK Klasis GKI Mimika agar memperhatikan secara serius penempatan tenaga pelayan jemaat di jemaat Imanuel Kaokonao, Gidion Kiliarma, Effata Uta dan Bethel Kapiraya. Penempatan pelayan jemaat pada jemaat-jemaat yang disebutkan di atas diatur secara periodik, per triwulan atau yang ditentukan oleh BPK.
2. Mengesahkan Lima orang Tim Penginjilan yang disebut sebagai “TIM LIMA”
berdasarkan SK Klasis GKI Mimika.
Nama-nama “Tim Lima” dimaksud yang telah dipilih melalui Lokakarya PI
adalah :
1. Pdt. A. Dimara, STh. 4. Pdt. M. Tanamal, STh
2. Pdt. O. Bano, STh. 5. Pnt. M. Maspaitella
3. Pdt. N. Kamawa, STh.

RENCANA KERJA (Action Plan) PI Tahun 2010-2011
HASIL LOKAKARYA


Keputusan Lokakarya Pekabaran Injil Klasis GKI Mimika tanggal 4-5 Juni 2010 yang perlu ditindaklanjuti oleh Klasis dan Jemaat sampai dengan Sidang Klasis 2011

NO NAMA PROGRAM TUJUAN WAKTU TEMPAT BIAYA PENG-JWB
1. Peningkatan Kesejahteraan Penginjil di Waropen Atas Peningkatan Taraf
Hidup Penginjil dan keluarganya Juli 2010-Batas waktu yang belum ditentukan

2. Visitasi :
Bertemu dan melihat langsung kondisi para penginjil : Oktober 2010
3. Aksi dana Peduli Pekabaran Injil :
Agar ada keseimbangan dalam pelayanan para pendeta dan guru jemaat.
Januari, April, Juli, September dan Desember.

4. Diakonia bagi staf Klasis GKI Mimika.
Menunjang kinerja para staf klasis. Februari, Agustus dan November.

5. Bulan Pekabaran Injil (PI)
Menumbuhkan kesadaran ber-PI dikalangan warga jemaat. Awal September – 1
oktober setiap tahun.

Selanjutnya..

Rabu, 02 Juni 2010

METODE PEKABARAN INJIL GOSSNER

Iktisar metode zending yang ditulis oleh Gossner, di dahului dengan kalimat seperti ini:”Sukacita dalam Tuhan harus merupakan kekuatannya, dan hati yang terpancar dari matanya, sehingga orang-orang kafir melihatnya dan bertanya: bagaimana orang bisa menjadi demikian?” Barang siapa setia dalam perkara kecil…………………….. tidaklah sukar baginya untuk di atas segala hal memaklumkan Yesus melalui jalan hidupnya”. Ini merupakan sebagian dari mukadimah (Pasal I) suatu dokumen yang mengandung beberapa garis pokok yang telah diminta oleh para pekerja zending dan yang disusun oleh Gossner pada tahun 1848. Dokumen ini terdiri dari 21 pasal, dan dapat dianggap sebagai buku penuntun dalam pekerjaan zending dan buku itu dapat dinamakan iktisar metode zending, karena di dalamnya termuat petunjuk-petunjuk bagi kehidupan para pekerja itu sendiri. Di dalamnya juga dikutip beberapa peringatan yang penting bagi orang-orangnya Gossner, juga bagi kelima orang yang akan di kirim ke Irian Barat (Papua). Walapun peringatan ini di tujukan pada lapangan pekerjaan tertentu, tetapi peringatan ini berlaku pula bagi semua utusan.

II
Sehubungan dengan kekuatiran mengenai kesehatan dan pengaruh “Cinta kasih kepada Yesus dan kepada jiwa-jiwa yang telah ditebus oleh Kristus dengan darahNya itu tidak takut akan maut dan bahaya maut serta berbagai penyakit iklim panas itu, karena tidak ada abdi Yesus yang mati sebelum ia dipanggil oleh Juruselamat.

III
Harus diusahakan agar tetap berhati-hati; lalai akan cara hidup yang ditentukan oleh iklim harus dijauhi seakan-akan itu bunuh diri.

IV
Bahasa setempat harus dikuasai secepat-cepatnya, karena juru bahasa umumnya mengatakan lain sedikit daripada yang dimaksudkan. Untuk mempelajari bahasa ini harus dicurahkan segala tenaga.

V
Kitab suci adalah buku pelajaran, dan ceritera-ceritera Alkitab merupakan sarana pembantu untuk memperkenalkan Injil sesuai dengan kitab suci.

VI
Orang harus bersungguh-sungguh dalam doa setiap hari, bahkan doa setiap jam, apabila mau memberitakan sabda Allah.


VII
Apabila terlihat bahwa beberapa orang mulai menaruh perhatian, maka mereka harus dikunjungi di rumah mereka, supaya dengan hubungan pribadi, pengetahuan mereka itu tentang Injil dapat diperdalam. Berapa lama pelajaran untuk pembaptisan ini, haruslah dilakukan dan tidak dapat ditentukan, karena tergantung pada watak dari yang bersangkutan, dan pengertian mereka akan inti pokok Injil. Dengan mereka harus dipelihara hubungan yang terus-menerus.

VIII
Di sini dikatakan bahwa, tidak seorangpun boleh dibaptis kalau tidak diketahui dengan pasti bahwa yang bersangkutan telah minta dibaptis dengan penuh pengertian akan keadaan dirinya dan akan arti Kristus. Selanjutnya bahwa harus selalu dilakukan pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang telah dibaptis, agar mereka mendapat pengertian yang semakin mendalam mengenai arti peralihan mereka kepada agama Kristen.

IX
Orang-orang kafir yang di baptis pada umur dewasa janganlah segere setelah pembaptisannya di ijinkan langsung menghadiri perjamuan kudus , tetapi haruslah dipersiapkan secara kusus terlebih dahulu. Mereka itu harus merasa dituntung oleh Roh Kudus.

X
Pelajaran bagi yang dibaptis janganlah dihentikan apabila mereka sudah boleh menghadiri perjamuan Kudus, tetapi anggota-anggota jemaat hendakklah dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian diberi pelajaran. Yang perlu ditekannkan ialah pengertian melalui hati. Dari pada pengertian dengan akal.

XI
Di sini diberikan tekanan penuh pada hal mengikut Yesus.

XII
Begitu ditemukan orang-orang yang berbakat luar biasa, maka mereka ini harus diambil sebagai tenaga bpembantu.

XIII
Apabila seseorang jayuh kedalam dosa, hal ini tidak perlu dirisaukan dan sekali-kali jangan terputus asah. Jangan sekali-kali mereka didekati dengan cara hukumnia, dengan disiplin gerejani yang keras tetapi sebagai gembala yang baik yang mencari asuhannya yang hilang. Namun demikian disiplin gereja harus tetap ada bagi mereka yang secara terang-terangan jatuh kembali kedalam dosa-dosa mereka dan tetap membandel. Tetapi hukuman ini harus memmbuat mereka bertobat serta membawa kepada penyesalan serta pengampunan.

XIV
Anak-anak dibawah umur empat tahun harus dibaptis bersama dengan orang tuannya. Anak-anak ini harus didik melalui sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.

XV
Sangat penting bahwa para penginjil merayahkan hari minggu, dan bahwa orang-orang kafir dibuat sadar tentang adanya hari yang dikususkan oleh Tuhan, dan adanya tempat yang suci, yaitu gereja. Selanjutnya harus diajarkan kepada orang-orang kafir, bahwa berdoa dan mennyanyi merupakan hal-hal yang penting, dan para penginjil harus memperlihatkan ini dengan memberikan contohnya.

Pasal-pasal lain membicarankan hubungan di antara sesama pekerja zending. Di anjurkan untuk mengadakan konferensi-konferensi dan dituntut adanya persatuan. Anggarang dasar itu ditutup dengan : Pikullah Kuk yang kupasang dan belajarlah padakukarena aku lemah lembut dan rendah hati dan kamu akan mendapat kelegaan jiwamu. Sebap kuk yang Kupasang itu enak dan bebanku pun ringan (Mat. 11:29-20).

Selanjutnya..

INJIL DAN MISSI GEREJA

Oleh : Pdt. Hiskia Rollo, STh.

Panggilan hakiki Gereja adalah: “memberitakan Injil” yang adalah berita sukacita atau kabar baik (gembira) mengenai Kerajaan Allah yang tidak dapat dilepaskan dari diri Yesus Kristus. Yesus Kristus menjadi poros utama yang mewarnai seluruh aktifitas dari missi Gereja. Oleh sebab itu, ketika kita mengabaikan panggilan ini maka bukan saja missi gereja yang tidak berjalan, tetapi yang lebih parah lagi gereja kehilangan hakekatnya sebagai gereja Tuhan. Sebab itu sendiri pada hakekatnya adalah missi, dan selalu ada dalam keadaan missioner.
Gereja di suruh ke dalam dunia untuk memberitakan Yesus Kristus. Injil yang adalah berita kesukaan mengenai pertobatan dan pembaharuan yang tersedia bagi manusia (Markus 1:15), serta kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan yang dikehendaki Tuhan untuk dunia (Lukas 4:18-19). Kita terpanggil untuk turut serta sepenuhnya bertanggung-jawab dalam usaha pembebasan manusia dari penderitaannya yang disebabkan oleh keterbelakangan, kemiskinan, penyakit, ketakutan, kebodohan,dll. Kita terpanggil pula untuk mengusahakan keadilan dalam seluruh lapangan hidup.
Para missionaris yang bekerja dengan semboyan “extra ecclesia nula salus” ini justru berusaha untuk meletakan nilai-nilai injili yang sangat asasi, sebagaimana yang diungkapkan di atas (Mrk 1:15; Luk 4:18-19). Namun proses awal meletakan dasar dari sebuah pemahaman terhadap pengajaran tentang Injil, adalah sesuatu yang tidak mudah. Oleh sebab itu, diperlukan sejumlah pola dan metode Pekabaran Injil yang sesuai dengan konteks dimana Injil yang membebaskan ini disebarkan, seperti juga metode dan pola yang digunakan oleh Ottow dan Geissler ketika membuka Pos Pekabaran Injil di Papua.
C.W. Ottow dan J.G Geissler, sebelum datang ke Tanah Papua (daerah missi) mereka berdua telah dipersiapkan oleh Gossner dan Heldring. Dari kisah hidup mereka berdua, memperlihatkan kepada kita dengan sangat jelas satu sistim kerja yang telah mereka pelajari sebelumnya di Berlin di bawah asuhan Gossner. Untuk melihat dan mengetahui sistim, metode atau pola kerja dari Ottow dan Geissler, maka di bawah ini diperlihatkan sebuah catatan singkat, yang dinamakan “Iktisar metode zending” yang ditulis oleh Gossner dan yang dijadikan sebagai pedoman kerja para zendeling.

Iktisar metode zending yang ditulis oleh Gossner, di dahului dengan kalimat seperti ini:”Sukacita dalam Tuhan harus merupakan kekuatannya, dan hati yang terpancar dari matanya, sehingga orang-orang kafir melihatnya dan bertanya: bagaimana orang bisa menjadi demikian?” Barang siapa setia dalam perkara kecil…………………….. tidaklah sukar baginya untuk di atas segala hal memaklumkan Yesus melalui jalan hidupnya”. Ini merupakan sebagian dari mukadimah (Pasal I) suatu dokumen yang mengandung beberapa garis pokok yang telah diminta oleh para pekerja zending dan yang disusun oleh Gossner pada tahun 1848. Dokumen ini terdiri dari 21 pasal, dan dapat dianggap sebagai buku penuntun dalam pekerjaan zending dan buku itu dapat dinamakan iktisar metode zending, karena di dalamnya termuat petunjuk-petunjuk bagi kehidupan para pekerja itu sendiri. Di dalamnya juga dikutip beberapa peringatan yang penting bagi orang-orangnya Gossner, juga bagi kelima orang yang akan di kirim ke Irian Barat (Papua). Walapun peringatan ini di tujukan pada lapangan pekerjaan tertentu, tetapi peringatan ini berlaku pula bagi semua utusan.

II
Sehubungan dengan kekuatiran mengenai kesehatan dan pengaruh “Cinta kasih kepada Yesus dan kepada jiwa-jiwa yang telah ditebus oleh Kristus dengan darahNya itu tidak takut akan maut dan bahaya maut serta berbagai penyakit iklim panas itu, karena tidak ada abdi Yesus yang mati sebelum ia dipanggil oleh Juruselamat.

III
Harus diusahakan agar tetap berhati-hati; lalai akan cara hidup yang ditentukan oleh iklim harus dijauhi seakan-akan itu bunuh diri.

IV
Bahasa setempat harus dikuasai secepat-cepatnya, karena juru bahasa umumnya mengatakan lain sedikit daripada yang dimaksudkan. Untuk mempelajari bahasa ini harus dicurahkan segala tenaga.

V
Kitab suci adalah buku pelajaran, dan ceritera-ceritera Alkitab merupakan sarana pembantu untuk memperkenalkan Injil sesuai dengan kitab suci.

VI
Orang harus bersungguh-sungguh dalam doa setiap hari, bahkan doa setiap jam, apabila mau memberitakan sabda Allah.


VII
Apabila terlihat bahwa beberapa orang mulai menaruh perhatian, maka mereka harus dikunjungi di rumah mereka, supaya dengan hubungan pribadi, pengetahuan mereka itu tentang Injil dapat diperdalam. Berapa lama pelajaran untuk pembaptisan ini, haruslah dilakukan dan tidak dapat ditentukan, karena tergantung pada watak dari yang bersangkutan, dan pengertian mereka akan inti pokok Injil. Dengan mereka harus dipelihara hubungan yang terus-menerus.

VIII
Di sini dikatakan bahwa, tidak seorangpun boleh dibaptis kalau tidak diketahui dengan pasti bahwa yang bersangkutan telah minta dibaptis dengan penuh pengertian akan keadaan dirinya dan akan arti Kristus. Selanjutnya bahwa harus selalu dilakukan pertemuan-pertemuan dengan orang-orang yang telah dibaptis, agar mereka mendapat pengertian yang semakin mendalam mengenai arti peralihan mereka kepada agama Kristen.

IX
Orang-orang kafir yang di baptis pada umur dewasa janganlah segere setelah pembaptisannya di ijinkan langsung menghadiri perjamuan kudus , tetapi haruslah dipersiapkan secara kusus terlebih dahulu. Mereka itu harus merasa dituntung oleh Roh Kudus.

X
Pelajaran bagi yang dibaptis janganlah dihentikan apabila mereka sudah boleh menghadiri perjamuan Kudus, tetapi anggota-anggota jemaat hendakklah dibagi dalam kelompok-kelompok, kemudian diberi pelajaran. Yang perlu ditekannkan ialah pengertian melalui hati. Dari pada pengertian dengan akal.

XI
Di sini diberikan tekanan penuh pada hal mengikut Yesus.

XII
Begitu ditemukan orang-orang yang berbakat luar biasa, maka mereka ini harus diambil sebagai tenaga bpembantu.

XIII
Apabila seseorang jayuh kedalam dosa, hal ini tidak perlu dirisaukan dan sekali-kali jangan terputus asah. Jangan sekali-kali mereka didekati dengan cara hukumnia, dengan disiplin gerejani yang keras tetapi sebagai gembala yang baik yang mencari asuhannya yang hilang. Namun demikian disiplin gereja harus tetap ada bagi mereka yang secara terang-terangan jatuh kembali kedalam dosa-dosa mereka dan tetap membandel. Tetapi hukuman ini harus memmbuat mereka bertobat serta membawa kepada penyesalan serta pengampunan.

XIV
Anak-anak dibawah umur empat tahun harus dibaptis bersama dengan orang tuannya. Anak-anak ini harus didik melalui sekolah-sekolah dan taman kanak-kanak.

XV
Sangat penting bahwa para penginjil merayahkan hari minggu, dan bahwa orang-orang kafir dibuat sadar tentang adanya hari yang dikususkan oleh Tuhan, dan adanya tempat yang suci, yaitu gereja. Selanjutnya harus diajarkan kepada orang-orang kafir, bahwa berdoa dan mennyanyi merupakan hal-hal yang penting, dan para penginjil harus memperlihatkan ini dengan memberikan contohnya.

Pasal-pasal lain membicarankan hubungan di antara sesama pekerja zending. Di anjurkan untuk mengadakan konferensi-konferensi dan dituntut adanya persatuan. Anggarang dasar itu ditutup dengan : Pikullah Kuk yang kupasang dan belajarlah padaku karena aku lemah lembut dan rendah hati dan kamu akan mendapat kelegaan jiwamu. Sebap kuk yang Kupasang itu enak dan bebanku pun ringan (Mat. 11:29-20).

Materi ini disampaikan pada Lokakarya PI akhir 2008 di PUSPENKA Sentani.

Selanjutnya..

INJIL DAN KEBUDAYAAN

KEBUDAYAAN SEBAGAI LANDASAN HIDUP
TEMPAT PESEMAIAN BENIH INJIL
Oleh : Pdt. Hiskia Rollo, STh.

Kebudayaan adalah segala nilai, kekayaan dan kebiasaan dasar yang dipelihara sebuah masyarakat. Nilai itu selanjutnya diturun-alihkan dari generasi ke generasi, agar setiap generasi memiliki kerangka acuan dalam menghadapi tantangan hidupnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan itu pada hakekatnya adalah:”suatu upaya yang tanpa henti dari satu masyakat untuk menjawab tantangan-tantangan yang sewaktu-waktu dihadapinya.
Manusia mewarisi kebudayaan dengan mempelajari berbagai hal dari orang tua dan juga darimasyarakat. Ada berbagai bentuk pendidikan masyarakat adat yang dipakai untuk mendidik generasi muda, seperti pada rumah-rumah adat (Karawari). Di tempat-tempat seperti inilah, seluruh sistim kehidupan masyarakat adat (budaya) itu diajarkan. Generasi muda dididik dengan penuh perhatian, karena di kelak kemudian hari anak-anak inilah yang akan berperan terus untuk menjaga seluruh tatanan nilai adat itu.
Hubungan triadis (Guru, murid dan bahan pelajaran) yang kita lihat dalam sebuah sistim pendidikan modern sangat nampak juga dalam sistim pendidikan tradisional di dalam rumah adat (Karawari) ini. Ada guru yang memainkan peran untuk bidang-bidang khusus yang dikuasainya, misalnya: bidang ketrampilan perang, berburu, bercocok tanam, bidang etika adat, batas-batas tanah, penyembahan (religi), dukun, dsbnya.
Sistim pendidikan Karawari ini dan berbagai bentuk kebudayaan masyarakat adat mulai terdegradasi ketika Berita Injil mulai masuk melalui para missionaris. Para missionaris yang bekerja dengan semboyan “extra ecclesia nulla salus” yang artinya: di luar gereja tidak ada keselamatan. Semboyan ini menjadi dorongan utama para missionaris Australia, Eropa, Amerika berlomba-lomba dengan susah payah membuka daerah-daerah missi di dunia ketiga untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang pribumi di seluruh dunia.
Di kawasan Melanesia, para missionaris ini berusaha keras dengan segala resiko untuk mencapai suku-suku pribumi dan berusaha mengkristenkan mereka, agar mereka (orang kafir) memperoleh keselamatan melalui Injil dan Gereja yang para missionaris ini bawakan. Dan pada saat PI mula-mula itu, ukuran untuk menjadi Kristen dan ukuran Keselamatan orang pribumi hanya sebatas pada aspek pengetahuan iman (pengetahuan tentang Alkitab, doktrin iman, dan pengajaran kristen lainnya. Sejauh orang pribumi dapat menghafal hal-hal tersebut, maka mereka segera dibaptis sebagai tanda keselamatan.
Para petugas lokal atau pribumi sebagai katekis, gembala, ketua kring, dewan paroki, majelis, di didik dan dilatih menurut pola atau paham missionaris tersebut, dan disebarkan ke daerah-daerah missi untuk melaksanakan tugasnya. Inilah salah satu pola yang sangat dominan dari para missionaris untuk mengkristenkan orang pribumi. Dan pola ini, masih tetap relevan sampai dengan saat ini.
Pada era para missionaris ini sebenarnya terjadi proses penafsiran yang lain, yakni proses penafsiran nilai-nilai baru (kekristenan) ke dalam kerangka kebudayaan orang pribumi. Proses ini terjadi diluar lembaga gereja dengan segala perangkat formalnya. Proses ini terjadi di tengah-tengah masyarakat secara otomatis tanpa suatu perencanaan formal (bnd pengalaman sida-sida Etiopia-“Tahu kah tuan apa yang tuan baca”). Sehingga tiap orang pribumi yang menerima nilai baru itu (Injil) mencoba membanding- bandingkan dengan nilai-nilai di dalam budayanya, lalu dibongkar-pasang antara nilai lama (budaya) dan nilai baru (Injil) dan akhirnya menghasilkan nilai-nilai baru yang di bangun dalam rangka kebudayaan mereka.
Hasil nilai baru itu diungkapkan dalam masyarakat pribumi tersebut, sebagai sebuah kebenaran mereka, yang mereka tunjukan dalam berbagai macam bentuk, misalnya: mitos yang lebih benar, gerakan keselamatan, kargoisme, dan sebagainya. Para missionaris, seringkali tidak memperhatikan proses inkarnasi dua nilai yang wajar, tetapi selalu memberi cap/label bahwa:”gerakan-gerakan keselamatan masyarakat itu dilihat sebagai nilai-nilai atau gerakan-gerakan yang kafir dan setani, dan itulah sinkritisme.

Tulisan ini merupakan bahan ceramah pada Lokakarya Pekabaran Injil di PUSPENKA Hawai Sentani Akhir 2008.

Selanjutnya..

Langkah Cerdik Menjadi Member Ultimate Vemma

My Blog List